Dr. Lukman Tamhir, S.Ag, M.Pd
Tulisan ini sebagai kerangka untuk memahami sekaligus berbagi atas kedua pemantik kurikulum menjadi diskursus bagi para pelaku Pendidikan yang lagi trend saat ini. Kurikulum Merdeka dan Deep Learning, meskipun berbeda dalam konteksnya, memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Namun, keduanya memiliki pendekatan yang berbeda.
Kurikulum Merdeka, fokus padafleksibilitas dan otonomi sekolah dalam mengembangkankurikulum. Memberikan kebebasan bagi guru untuk memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Menekankan pada pengembangan karakter dan kompetensi abad 21. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan kolaboratif. Sedangkan Deep Learning, fokus pada pemahaman konsep yang mendalam dan bermakna. Menekankan pada proses berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. Keduanya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Memberikan ruang untuk fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Berusaha menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk belajar secara aktif.
Kurikulum Merdeka adalah sebuah kebijakan pendidikan secara menyeluruh, lebih fokus pada struktur dan organisasi pembelajaran, sedangkan Deep Learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran, lebih fokus pada proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka kerja yang luas bagi sekolah untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan relevan. Maka, Deep Learning dapat menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka dan Deep Learning saling melengkapi. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka kerja yang luas, sedangkan Deep Learning memberikan pendekatan pembelajaran yang lebih spesifik. Dengan menggabungkan keduanya, diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang lebih bermakna, relevan, dan efektif bagi siswa.
Kurikulum Merdeka akan diganti menjadi Kurikulum Deep Learning seiring usulan Menteri Pendidikan yang baru. Kurikulum Deep Learning adalah sistem pembelajaran yang didesain untuk menguatkan pemahaman siswa melalui pendekatan lebih dalam. Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar lebih bermakna sekaligus menyenangkan bagi siswa. Hal ini didukung oleh tiga pilar utama dalam Kurikulum Deep Learning, yaitu Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyfull Learning. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) menggagas perubahan Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Deep Learning.
Kurikulum Deep Learning adalah program pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa dengan berpikir kritis, eksplorasi, dan partisipasi aktif.
Menurut buku Pengantar Dasar Deep Learning karya Rometdo Muzawi, M.Kom.,CEH.,CCNA (2024:29), deep learning adalah cabang dari kecerdasan buatan (AI) dan machine learning yang memanfaatkan neural network multiple layer untuk menyelesaikan tugas dengan ketepatan tinggi.
Riset mengenai deep learning telah berlangsung sejak tahun 80-an, tetapi baru dikembangkan kembali setelah era serba teknologi sekarang ini. Penerapan deep learning pada komputer memungkinkan untuk mengolah data serupa dengan cara kerja otak manusia.
Metode deep learning dapat mengidentifikasi pola yang rumit dalam gambar, teks, suara, dan bentuk data lainnya sehingga menghasilkan wawasan dan prediksi akurat. Dengan begitu, kecerdasan buatan akan mengerjakan berbagai tugas secara otomatis tanpa membutuhkan bantuan kecerdasan manusia. Kurikulum Deep Learning mengintegrasikan tiga elemen utama yang dikembangkan agar siswa dapat menguasai pengetahuan sekaligus mendapatkan pengalaman lebih bermakna.

1. Mindful Learning
Mindful Learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif berdiskusi dan bereksperimen dengan memperhatikan kebutuhan serta potensi setiap individu. Contohnya, guru diharapkan tidak hanya menyampaikan teori saat belajar sains, tetapi juga membantu siswa memahami peran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Meaningful Learning
Meaningful Learning mengajak siswa memahami alasan di balik setiap materi yang dipelajari. Sebagai contoh, guru menjelaskan manfaat konsep matematika dalam pengelolaan keuangan atau logistik. Pemahaman ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Joyful Learning
Joyful Learning berfokus pada kepuasan dari pemahaman mendalam, tidak hanya menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan. Contohnya, guru mengadakan simulasi atau diskusi saat belajar sejarah agar siswa memahami konsepnya, bukan sekadar menghafal.
Jadi, kurikulum deep learning adalah program pembelajaran yang diatur untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui tiga aspek utama, yaitu Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyfull Learning.


3 Komentar
Ibu Tuti, Rabu, 11 Des 2024
Mantap … Jelas dan sangat bisa d pahami thanks pak doktor atas pencerahanx….
Suharta, Selasa, 4 Mar 2025
Ketika seorang siswa belajar dengan melihat menggunakan mata, mendengar menggunakan telinga lalu mencerna hasil penglihatan dan pendengarannya di dalam otak bahkan merasakan dengan perasaan hatinya sehingga mampu menggerakkan organ tubuh lainnya : tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya ( mengamalkan / mengimplementasikan ) barangkali ini bisa dikatakan belajar mendalam. dan akan dikatakan ilmunya bisa bermanfaat ketika apa yang dikuasai/dipahami dapat disebarkan / disampaikan kepada orang lain baik melalui tulisan maupun secara lisan.
Kurikulum Deep Learning: Membawa Pembelajaran ke Level Lebih Dalam - MTsN 2 Purwakarta, Sabtu, 30 Agu 2025
[…] Kurikulum Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, eksplorasi kritis, dan pengalaman belajar yang bermakna. Istilah ini — sesuai wacana dari Mendikdasmen Abdul Mu’ti — bukan pengganti Kurikulum Merdeka, melainkan strategi untuk memperkaya proses belajar dalam kerangka kurikulum yang ada. RuangguruGuru Berdaya –MAN 1 Ternate […]